In a Father Mind
Part 1
Surat Pertama:
Bandung, 25 September 2010
"Buat ummi cantik dan abi ganteng… ini ada uang seribu buat umi dan abi, afif sisakan dari uang jajan. Sayang selalu afif."
Aku Afif, Afif Haidar adalah nama yang selalu umi dan abi tulis di setiap barang yang kini selalu ada tersimpan baik (amburadul…heh) dalam lemari tripleksku. Nama lengkapnya menurut secarik kertas produksi dinas catatan sipil, tercatat Muhammad Afif Haidar Fajlurraman, mungkin bermakna manusia pengikut nabi Muhammad yang berhati lembut, berhati singa yang menebarkan keselamatan, ilmu dan kasih sayang. Heh. Ya sebuah doa dari ummi dan abi untukku. “Terima kasih ummi, terima kasih abi”.
Secara sadar ataupun entah aku tak mengerti, aku sangat nyaman berada di mesjid. Mungkin karena mesjid itu luas, tak ada meja, kursi, lemari atau barang lain yang bisa menghalangi lariku. Berlari, berputar, berguling, berputar, melompat itulah aku, tak ada sesuatu pun yang menghalangi. Kecuali sang kuncen penguasa mesjid, maaf, dia adalah pak ustad dan ibu ustadzah. Pak ustad bawel (alias baik dan welcome) dan selalu 'mencegah' (mengarahkan) setiap centi gerakku. "Entahlah ku tak mengerti, mungkin nanti".
Akhirnya, aku terdampar di sebuah rumah penampungan bin kawah awal kemandirian. Rumah ini memiliki pagar baja yang dicat tembaga mengkilat, tinggi sekali bagi ku yang berukuran 110 cm dari permukaan tanah. “waw asyik nich, bisa manjat”, terbetik dalam pikirku. Walau umurku baru genap enam tahun, aku bisa baca di plang rumah itu tertulis PONDOK PESANTREN CILIK ALBASYARIAH. "Sekolah Baruku..hmm, tempat tinggalku. Dan kini aku berpetualang sendiri bersama 150 teman sebaya. Bye Umi... Bye Abi... Assalamu'alaikum semoga Allah mencurahkan kasih sayang pada umi dan abi.
Dan cerita indah ini dimulai…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mulai dari Komentar Sambungkan Silaturahmi...