Catatan
kecil perjalanan pagelaran : RINENGGASARI
GENTRA KAMULYAN
Produksi SANGKAKALA
PADJADJARAN
Di tengah perkembangan dan proses
perubahan masyarakat kita di abad global
khususnya di Jawa Barat umumnya di Indonesia disadari semua fihak telah banyak mempengaruhi pola perilaku dan
etika dalam berbangsa dan bernegara yang jauh dari nilai-nilai kerifan local
maupun tata nilai budaya bangsa kita.
Hari ini kemarahan seperti sebuah
kebiasaan, ketidakpuasan diekspresikan dalam tindak anarkhi dan kebrutalan
sudah menjadi tontonan dalam keseharian.perilaku kriminal dan abnormal semuanya
dilakukan sangatlah enteng tanpa perasaan berdosa bahkan celakanya sebagian ada
yang meyakini sebagai sebuah kebajikan.Budaya premanisme sedang menggerus
nilai-nilai luhur kehidupan. Keinginan menghancurkan diri sendiri itulah yang sedang kita saksikan merebak
dimana-mana .Masyarakat kita banyak yang
sedang menghancurkan diri sendiri. Keadaan seperti ini seakan memberikan
gambaran sudah tidak ada lagi peraturan dan kebijaksanaan yang ajeg dan tegas
yang dapat dijadikan tuntunan baik oleh
pemerintahan maupun diluar pemerintahan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara baik dalam bidang sosial, politik, pemerintahan, ekonomi, agama,
budaya dan lain-lainnya (kaayaan haranga,
saur paribasana seueur tunggul nu dirarud, catang dirumpak teu aya aturan atanapi kawijaksanaan anu ajeg
sareng tegas boh ti pamarentah atanapi ti pingpinan di luar pamarentahan kanggo
tuturkeuneun dina raraga ngajalankeun hirup kumbuh dina widang sosial, politik,
pamerentahan, ekonomi, agama, budaya).
Keadaan menyedihkan seperti ini telah menggangu kehidupan
dan ketentraman manusia bahkan mungkin mahluk selain manusiapun sudah
merasa terganggu .Keprihatinan tehadap kondisi masyarakat sekarang dirgambarkan
bahwa dunia ini bagaikan sebuah tempat menyepinya Banaspati , tempat berdiamnya genderewo
dan tempat bersemayamnya jin dan siluman
marakayangan ( Paniisan Banaspati, Panonoban
genderewo Panyicingan Jin Siluman, Siluman marakayangan).
Disadari
atau tidak , disengaja atau tidak kondisi mirip seperti itu di negeri ini telah berlangsung sejak tahun 1998 (krisis multidimensional) sampai
sekarang .
Yang menjadi
pertanyaan sekarang : Apakah keadaan seperti ini akan dibiarkan oleh kita semua
?”
Maka
pertanyaan ini dijawab dalam sebuah pagelaran yang dipertontonkan khsusus untuk
para pemimpin di wilayah Priangan, Bogor, Purwakarta dan Garut dalam rangka sinergitas program pembangunan
di Jawa barat.
Pagelaran
yang syarat muatan nilai nilai luhur filosofis warisan nenek moyang urang
sunda ini berjudul “Rinenggasari Gentra Kamulyan “ (RGK) . RGK sebuah tontonan yang mengajak audiens berpikir
cermat dan cerdas terhadap isi dan makna gerak
dari rumpaka.
Yang
bisa diungkapkan bahwa kreasi seni Rinengga sari gentra kamulyan merupakan
paduan dari reka gerak tari yang diselaraskan dengan tema pertunjukan yang
berakar pada sari musikalis sunda (Sekar
gending). Kreasi seni ini merupakan paduan
yang harmonis tanpa mengilangkan ciri dan nilai masing masing sifat dari Degung, Tembang Sunda dan Penca silat
bahkan menjadi suatu harmoni yang saling
mendukung keberadaannya.
Cerita
yang menggambarkan perjalanan suatu anak bangsa yang kehilangan tokoh panutan
yang terlunta-lunta dalam kondisi yang tidak menentu tanpa masa depan. Sampai
suatu hari menemukan kembali panutannya yang penuh kasih dan berwibawa yang
tidak lain orang tuanya sendiri. Dengan berbekal petuah nilai nilai luhur anak
bangsa tersebut kembali berkiprah menata hidup dan kehidupannya serta membawa
masyarakatnya kedalam perjuangan menyongsong masa depan yang gemilang.
Cerita
yang merupakan refleksi keadaan jaman ini merupakan cerita yang sangat relevan
untuk didalami . Nilai nilai yang terkandung dalam rumpaka yang menyertai gerak
langkah penarinya yang seyogyanya disimak dalam dalam karena ada nilai kekinian
yang mampu dijadikan referensi dalam membangun bangsa ini kedepan.
Adalah
sangat beralasan ketika seorang Sekda
Pemerintah Provinsi Jawa barat bernama
Ir.Setia Hidayat berharap banyak terhadap para pejabat di daerah yang
dikunjunginya untuk menjadikan bahan renungan dalam menjalankan roda pemerintan
karena nilai yang terkandung merupakan nilai luhur yang semestinya kita
praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk
mengambil makna dari alur cerita dan rumpaka yang ditampilkan ada baiknya
menyimak dari sebuah tulisan panjang dalam sebuah buku yang tertulis yang disiapkan penyelenggara untuk
membimbing penonton dalam memahaminya,
serti berikut ini:
“ Memahami seluruh
lirik pada rangkaian lirik dalam rumpaka sangkakala padjadjaran ini, tergambar
keadaan dan suasana batin ‘'budak ceurik”
seperti buih di pantai. Kondisi yang disebabkan oleh lenyapnya pedoman,
nilai-nilai adiluhung, dari kehidupan nyata. Kondisi kehidupan berbangsa dan
bernegara yang nyaris tidak memiliki lagi kesalehan sosial, lantaran
meninggalkan etika dalam seluruh aspek kehidupannya. Akibatnya, bangsa
kehilangan peradabannya. Dalam situasi demikian, kebolehan dan ketidak-bolehan,
kepatutan dan ketidak-patutan, nilai baik dan nilai buruk, kebenaran dan
kebathilan, menjadi samar, tidak jelas lagi perbedaannya.
Kondisi semacam itu
terjadi karena kegamangan kita melihat dan merasakan surutnya pencerahan dan keringnya
kehidupan dari nilai-nilai yang seharusnya dimiliki.
Kualitas insaniah
kita merosot hanya sekadar menjadi khayawanunnathiiq.
Sekadar menjadi homo faber, homo
economicus dan homo sapiens.
Terjebak pada arus ketidak sadaran budaya, sehingga memasukkan kita menjadi
bagian dari sekumpulan manusia yang merendahkan martabat-nya sendiri.
Pertanyaan pertanyaan insaniah ihwal hakekat dasar manusia berbudaya yang jelas
asal - usulnya, tak memperoleh jawaban yang semestinya.
Keringnya adab dan
pengabaian terhadap pentingnya relijiusitas dalam perilaku kehidupan
kita sehari-hari, telah menyebabkan kita menjadi 'budak bangor” yang menghilang
dari peradabannya sendiri. Menggenggam ‘senjata malela ' untuk menghancurkan
sesama.
Sementara mereka yang
sepatutnya memberi pencerahan, kehilangan kesadaran untuk memainkan peran dan
fungsi yang semestinya dilakukan. Hanyut dalam perebutan kekuasaan, jabatan dan
saling memperebutkan ke-senangan sesat sesaat, tanpa jelas apa manfaatnya.
…………………. Sangkakala padjadjaran, mengingatkan kita pada kriteria kepemimpinan, yang sesungguhnya sudah kita kenali sebelumnya.
…………………. Sangkakala padjadjaran, mengingatkan kita pada kriteria kepemimpinan, yang sesungguhnya sudah kita kenali sebelumnya.
pertama : Satria
nu Pinandita. Pemimpin yang
dapat dipercaya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Maha Esa Allah Swt , dan
karenanya memiliki keberanian dan kecerdasan menghadapi jaman baru, seraya
mampu mengambil inisiatif -inisiatif untuk menggerakkan seluruh potensi kreatif
bangsa, sebagai kekuatan bersama, di bawah satu visi dan satu kepemimpinan;
kedua : Ajen
Wewesen. Berbudi luhur dan mampu mentransformasikan gagasan dan visi
bersama seluruh rakyat secara komunikatif, sehingga mudah dipahami. Akomodatif
terhadap beragam inisiatif dan gagasan yang muncul dari bawah, serta terencana
dalam bertindak;
ketiga : Teuas
peureup lemes usap. Berdisiplin dan bersiteguh mempertahankan komitmen,
mampu bertindak tegas menegakkan hukum, memberikan punishment terhadap siapa saja yang melanggar hukum, sekaligus
mampu dan tanggap memberikan apresiasi dan reward
terhadap siapa saja yang melaksanakan aturan yang disepakati bersama;
keempat : Pageuh
keupeul lega awur. Hemat tapi
dermawan, karena mampu bertindak secara mankus
dan sangkil (efektif dan efisien).
Karenanya, ia merupakan pemimpin yang memiliki kemampuan mengolah kemanfaatan
setiap program yang ditetapkan bersama untuk dilaksanakan. Memperkecil peluang
terjadinya kolusi, korupsi dan penyalahgunaan wewenang jabatan untuk
kepentingan diri sendiri;
kelima : Silih
Asah Silih Asih. Karib dan peduli terhadap rakyat, dan karenanya
dicintai rakyat dan bawahannya. Di depan menjadi pemandu, di tengah menjadi
inisiator;
keenam : Teguh
Pancuh Silih Asuh. Akomodatif, demokratis dan mampu menjadi pemberi
jalan' kebaikan, serta berkemampuan memandu, memberi arah dan pedoman bagi
rakyat dan bawahannya untuk mencapai tujuan bersama. Karena itu mampu mengelola
seluruh potensi bangsanya secara fungsional, proporsional dan profesional.
ketujuh : Adil
Paramarta. Adil dan bijaksana dalam memperlakukan rakyat dan
bawahannya, karena kepemimpinannya dilandasi oleh pengabdian untuk melayani,
serta berpihak kepada kebenaran. Jauh dari upaya melakukan pembenaran terhadap
tindakan yang dilakukannya.
Tujuh nilai dasar
kepemimpinan inilah, antara lain, makna yang baru tersingkap di balik rumpaka
sangkakala padjadjaran. Pilihan-pilihan nilai yang perlu dialirkan sebagai
bagian dari solusi dalam menghadapi berbagai kendala perubahan untuk memasuki
jaman baru. Nilai- nilai dasar demikian, nampak bersifat universal.
Lantas, apa yang
semestinya menjadi program penyelamatan bangsa, sehingga sang bapak yang dicari
'budak ceurik' dan lalu 'leungit' membawa senjata ke-mudaratan, itu dapat
melaksanakan kepemimpinannya secara tepat sasaran. Mengetahui dan memahami pula
visi yang mesti dijangkaunya pada suatu kurun waktu tertentu, sehingga kita
mampu menilai kepemimpinannya.
Visinya jelas dan
gamblang, yakni sebagai bangsa yang sejahtera, bermartabat, memiliki jati diri
dan beradab. Dalam konteks demikian, maka dalam penyelenggaraan negara,
pemimpin itu mesti mengantarkan bangsa ini sebagai Negara Kesatuan yang unggul
peradabannya. Unggul dalam memberdayakan potensi sumberdaya manusianya yang
cerdas dan elok budi, sehat, berkemampuan ekonomi optimal; Unggul dalam
mengelola dan memelihara sumberdaya alamnya; Unggul sebagai inisiator dan
bagian penting penyelenggaraan proses perdamaian dunia.
Dalam konteks itulah,
kami memaknakan, ( jaman Sunda kaemasan ratu Sunda Padjadjaran Kabudayaan
kasenian jadi bentengna Pakuan) Jaman kebangkitan dan kemuliaan bangsa (telah
tiba) bila peradabannya memancarkan pencerahan dan kemuliaan insaniah. Karena
suatu bangsa unggul, antara lain disebabkan oleh citra peradabannya.
Merujuk pada Amateguh
Kadatwan yang menjadi pegangan Prabu Siliwangi dalam memakmurkan Padjadjaran,
maka misi yang harus diemban oleh pemimpin bangsa di persimpangan jaman ini
adalah :
•
pertama : Menjadikan negara sebagai pusat pencerahan di belahan Timur dunia,
dengan mengembangkan sistem pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, riset,
sistem kebudayaan, sistem kesehatan nasional dan penerapan etika (moralitas)
bangsa berdasarkan nilai-nilai relijiusitas yang dianut rakyat, sehingga
berkemampuan meningkatkan kualitas insaniah rakyat yang cerdas, berbudi, sehat
dan berkemampuan menghadapi perubahan global, serta mentransformasikan
nilai-nilai peradabannya ke dunia luar (melalui kemampuan memberi manfaat
terhadap perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan budaya) - bayu
rahayu, bayu tresna, bayu asih, bayu mawat kawaluyan, cenah hirup kudu hurip,
waluya lahir jeung batin.
•
kedua : Mengembalikan Indonesia sebagai negara agraris (berbasis pertanian,
peternakan, kehutanan dan per-kebunan) dan bahari (berbasis perikanan dan
pengembangan hasilguna potensi kelautan) yang modern, serta terbuka terhadap
perluasan cakrawala perdagangan internasional yang setara dan berkeadilan, terutama
dalam kebijakan moneter dan fiskal, serta pengembangan sistem jaminan sosial
yang mampu mensejahterakan rakyat secara serentak (kahibaran layung kuning,
geulang suweng, kangkalung, lirkunang'kunang)
•
ketiga : Mempertegas sikap penegakkan hukum dan keadilan dalam penyelenggaraan
seluruh aspek kehidupan, dengan senantiasa mengembangkan berbagai kebijakan
negara dan pemerintah yang berkhidmat pada percepatan kualitas kesejahteraan
masyarakat (nyaho nu bener nu palsu) ;
•
keempat : Mengembangkan sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang merdeka, terbuka dan berkerukunan (demokrasi yang beradab), serta
menyempurnakan tata laksana penyelenggaraan negara yang berorientasi kerakyatan
(bandana rakyat merdeka, sing santosa laluasa);
• kelima : Memperkuat
sistem pertahanan dan keamanan negara, melalui pengembangan pola pemberdayaan
tentara nasional yang "kasuran" (profesional dan berjiwa pengabdian),
"kadiran" (tangguh dalam strategi dan tangkas dalam taktik), dan
"kuwanen" (berani bertindak, berani bertanggungjawab); untuk
mempertahankan setiap jengkal wilayah negara kesatuan (Tatar Sunda di-Jaring
diaping, dititenan diJaga diriksa);
• keenam : Mengembangkan
kualitas manajemen pemerintahan dan sistem penyelenggaraan negara yang memungkinkan
berlangsungnya peningkatan kualitas pelayanan terhadap rakyat, di seluruh
tingkatan, melalui reorganisasi lembaga-lembaga pemerintah dan penyelenggaraan
negara yang lebih mampu melayani rakyat (Ngaping seuweu putu);
• ketujuh : Memantapkan
dan memperluas akses bagi berlangsungnya mobilitas sosial yang lebih lancar
dan ter-buka secara terencana, dengan mempertimbangkan keseimbangan alam dan
lingkungan hidup (Jalan satapak paranti kuring ngaprak);
• kedelapan :
Meningkatkan kualitas politik dan hubungan luar negeri dengan mengembangkan
potensi diplomasi di berbagai bidang hubungan internasional, sejalan dengan
dinamika kehidupan global (Ngemplong taya aling-aling).
Kesemua itu,
menggambarkan sekali lagi - intuisi yang
berkembang di masa lampau, ternyata menjadi isyarat yang relevan bagi kekinian
dan kemasa depanan kita. **1) yang
sekarang tergambar juga pada Visi dam Misi Jawa Barat “DENGAN IMAN DAN TAQWA JAWA BARAT MENJADI
PROPINSI TERMAJU DAN MITRA TERDEPAN IBU KOTA TAHUN 2010’
Untuk mencapai
komitment Visi ini mulai Juni tahun 2003
Bapak Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan
mencanangkan program yang disebut :
AKSELERASI
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENCAPAIAN VISI JAWA BARAT “
Namun semua itu akan
menjadi sebuah kenyataan manakala kita yang berada disini ,kita yang menjadi pemimpin dan kita yang menjadi
bagian yang dipimpin menunjukan kemauan dan kemampuan untuk mewujudkannya.
Kemampuan dan kemauan
itu setidaknya diwujudkan dalam bentuk sinerjitas program dan kegiatan,
hubungan harmonis antara pemerintahan Pusat,Propinsi dan Kab/Kota ,Antara
eksekutif dan legislative , SKPD dan unit kerja lainnya serta Pemerintah dengan
stakeholdernya sehingga mampu mewujudkan kepedualian serta kepekaan terhadap
apa yang diminta dan dibutuhkan masyarakat luas sekarang ini
SUDAH SAATNYA
MEMPERLIHATKAN KESUNGGUHAN DALAM MEMBANGUN JAWA BARAT DENGAN LANDASAN HATI
NURANI YANG BERSIH ,PENUH SEMANGAT PENGABDIAN DAN IBADAH KEPADA ALLAH SWT
Itulah yang diharap
dari pagelaran kreasi seni Rinenggasari gentra Kamulyan.(dhani Suherlan)
***1)Dikutip dan
disarikan dari Buku :
SANGKAKALA
PADJADJARAN (Upaya awal mengeja dan menyingkap makna rumpaka), H.Setia Hidayat
& N.Syamsuddin Ch.Haesy.Pusat Studi Kebangsaan Nusa Sentra –PT Bina Rena
Pariwara-2004.
PANGJEJER RINENGGASARI GENTRA KAMULYAN
Gagasan : Ir.H.Setia Hidayat
Pola Garap:H.Moh.A’im Salim,S.Sen
Tata Lagu :H.Encep Suryana
Tata Gending :Uyep Supratna,S.Sn,
Ade Suparman,S.Kar
Tata Gerak :Iwan Rudiana.S.Sen, Rina.
Tata Silat : Oma Sujana Pengda IPSI Jabar
Narator : Yayat Hendayana, Rumentangsiang
Pangrawit
1.Tembang Sunda
Mamat Rupiandi, Mae
Nurhayati,SPd,
Tatang suganda, Idang Sujono, Asep Rudi, Iyus.
2.Degung :
Asep Ahurr,Ade Suparman,S.Sn,
Uyep Supratna,S.Sn,
Apek,Doni,Hali,GandaAbang,Endang Amas,
Aang,Endi Supendi,AmdAni.
3.Penari:
Iwan Rudiana,S.Sn, Irwan Hadi N,
Rinawati, Yulianti,Amd, Mei Yuliastri, Elis Spd
Tri Nurhayati, Asri, Ilan, Rima,Alam,
Wandi, Rian, Agus Onal, Supriatna,
Tedi Sudiarto
4.Penca
Kulawarga IPSI JAWA BARAT
Riswana, Moch.Berlan, Oong Ana, Cici
5.Pesilat
Kusnajaya, M Oki S, Dani Supriadi,
Yana, diki, Rima Ratnasari, Dini Yulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mulai dari Komentar Sambungkan Silaturahmi...