Oleh
Hendy Hermawan[2]
Setelah kita mengerti dengan
permasalahan hidup manusia, sekaligus mampu memilahnya. Maka peluang untuk
mengerti penulisan artikel tentunya akan semakin tebuka. Para penulis muda
diharapkan akan terangsang minatnya untuk mengali suatu masalah dengan cermat
dan menuangkannya dalam tulisan.
Namun satu hal yang menjadi dasar pengetahuan dalam penulisan
artikel adalah mengerti penulisan berita. Karena penulisan artikel merupakan
pengembangan dari penulisan berita. Berikut hal dalam pemilihan fakta sesuai
dengan nilai kelayakan muat atau nilai berita (news value-pen). Kemudian dari fakta tersebut diambilah sarinya,
berbentuk opini (pendapat) penulis artikel yang selanjutnya diuraikan
sedemikian jelas dan mudah dicerna oleh masyarakat. Sehingga setidaknya
membantu dalam memahami fakta yang telah terjadi.
Tidaklah mengada-ada, apabila penulisan artikel dikatagorikan
dalam tulisan yang mengasah otak dan cukup berat bagi penulis yang wawasannya
kurang dan tidak cerdas. Tentunya mengasah otak menjadi sangat penting, selain
dengan rajinnya kita berdiskusi juga kita sering menyantap‘sarapan pagi’ bagi
otak yang bergizi tinggi berupa keuletan dalam membaca buku yang berkualitas.
Hal ini disebabkan karena dalam penulisan berita seorang reporter hanya
menyampaikan fakta yang menarik apa adanya. Sedangkan dalam artikel seorang
reporter atau siapa pun (penulis lepas, misalnya) harrus melibatkan diri dalam
memberikan penjelasan atau pemecahan dari fakta yang di permasalahkan. Sangat
sedikit yang mampu demikian.***
Tak perlu ‘ciut hati’mendengar hal itu. Seperti yang telah
disebutkan semula, peluang bagi para penulis muda masih terbuka lebar. Namun
seseorang tidak langsung menjadi penulis artikel di koran atau majalah terkenal
setelah ia tamat kursus penulisan
artikel selama setahun, misalnya. Mengapa demikian? Sebab, menulis bukan
termasuk kegiatan keterampilan, ia tergolong kegiatan intelektual. Memang
mungkin saja seseorrang pandai menulis artikel secara teknis menyusun kata.
Namun, untuk memuaskan kebutuhan intelektual pembaca koran atau majalah pun
penting menjadi pertimbangan.
Modal dasar seorang penulis artikel adalah ia kaya akan
keleluasan berfikir yang sistematis dan ditunjang dengan wawasan pengetahuan
yang luas pula. Maka seorang penulis artikel mereka telah terbiasa membaca buku
yang bergizi tinggi atau berkualitas. Memperbanyak bacaan yang dapat membuat
jiwa dan pikiran kita semakin sehat dan dewasa.
Orang-orang yang selalu berupaya dengan maksimal mencarri
makanan intelektual yang bergizi tinggi sebagai kebutuhan primernya, seperti
makan dan minum. Mereka yang menganggap membaca dan menulis sebagai kebutuhan
pokok biasanya disebut sebagai orang yang telah memasuki peradaban tulisan. Sedangkan
bagi mereka yang tidak menganggap membaca dan menulis sebagai kebutuhan pokok. Biasanya
mereka masih berada dalam taraf peradaban lisan.
Selanjutnya, modal lain untuk menjadi penulis artikel adalah
adanya kemauan dan minat yang keras. Kemauan dan minat ini - bukan berasal dari
faktor keturunan - terlahir dari pengasahan diri akan motifasi dan tujuan yang
benar. Artinya, kita akan sungguh-sungguh memenuhi kehendak pembaca akan
informasi yang sesuai dengan mereka yang sangat heterogen. Melalui artikel pun
kita memungkinkan menjalankan salah satu tugas pers sebagai pendidik dan
pemberi informasi.
Akses lain yang dihasilkan oleh penulisan adalah mewujudkan
tanggungjawab kita sebagai intelektual untuk mengontrol atau mengritik
pihak-pihak tertentu. Kita dapat mengingatkan mereka yang perlu diingatkan.
Kita dapat mengajari dan mendidik orang yang patut diajar atau dididik. Artikel
pun bisa menjadi sarana pengekspresian dan pengaktualisasian diri penulis.
Sehingga keberadaan diri penulis terasa semakin nyata dan bermakna setelah
artikel-artikelnya muncul di media massa.
Selain itu semua ada hal lain yang penting mendapatkan
perhatian. Beberapa di antaranya adalah membaca dengan sikap kritis dan
skeptis, menguasai dan memahami logika (berfikir sistematis dan berdalil),
tidak malas berfikir, menguasai tata dan gaya bahasa Indonesia atau bahasa
asing lain. Terakhir, tidak jera dan putus asa, karena artikelnya sering kali tidak
dimuat di media cetak.
Penulis artikel pun harus peka dan tanggap terhadap
masalah-masalah yang menyangkut kehidupan manusia sekitarnya. Ia pun berfikir
secara radikal (mengakar, mencari akar masalah, senantiasa mencari subtansi
atau hakekat suatu gejala, peristiwa atau fakta sosial yang muncul. Serta ia
sanggup berfikir secara komprehensif dan interpretatif (mengaitkan gejala,
peristiwa atau fakta sosial dengan gejala, peristiwa atau fakta sosial
lainnya).
Terakhir modal yang harus mantap berada dalam genggaman penulis
artikel adalah mengenal memahami karakteristik media cetak. Dengan memahami
karakter media, kita pun sekaligus memahami karakter pembaca yang lain. Ini
sangat penting, supaya artikel yang kita sudah siapkan dan kirimkan itu tidak “salah
alamat”. Demikian pula kita dapat menentukan tingkat abstraksinya, bagaimana
tingkat kesulitan atau kemudahan bahasa yang digunakan dalam artikel tersebut.
Misalnya, bagaimana tingkat kesulitan bahasa untuk artikel di Harian Umum Republika,
atau Pikiran Rakyat. Dibandingkan dengan media mingguan Sabilli atau Saksi.
Bisa jadi isinya sama tapi tingkat abstraksinya berbeda, karena tingkat atau
kapasitas intelektual khalayak pembaca berbeda. ***
Menilai artikel yang baik tentunya menyajikan (berisi) ide
atau gagasan yang baik dan menarik (sssyukur kalau bisa orisinal). Umumnya ide penulis
artikel muncul setelah diterpa berbagai pesan di media massa baik cetak maupun
elektronik. Ide penulis muncul setelah melihat iklan kontroversial di televisi.
Atau setelah membaca tulisan berita, artikel atau tajuk rencana di koran
harian. Ide pun bisa muncul dari berbagai kesempatan yang kita dapatkan dengan
menggunakan pendengara, penglihatan atau hati nurani, tergantung dari kemampuan
atau kekayaan jiwa dan keleluasaan berfikir dalam menciptakan ide.
Artikel yang baik pun dinilai dari bagaimana penulis artikel
memaparkan idenya dengan gaya bahasa penulisan yang memikat khalayak pembaca.
Mulai dari judul, teras (lead, alinea pertama), tubuh (isi tulisan), hingga
ekor (penutup, kesimpulan). Yang dituturkan secara runut (sistematik) dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Ide yang baik adalah ide yang baru, tidak konvensional atau
klasik. Karena penulis banyak yang memanfaatkan peringatan hari-hari besar menjadi
awal idenya. Maka pembaca mengharapkan ide yang muncul adalah ide baru yang
ditarik dari peringatan hari besar Agama (Ramadhan dan Idul Fitri) atau Nasional
(Hari Pahlawan atau Hari Ibu). Kita manfaatkan hari besar tersebut sebagai ‘cantelan’
artikel yang kita tulis. Misalnya, Dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional,
kita mengambil tema “Pengaruh Pengajaran Seks Pada Remaja Terhadap Perluasan
Penyakit Kelamin di Bandung”.
Teknis penulisan artikel tidaklah sulit dipelajari dan
dikuasai. Biasanya yang relatif sulit adalah menemukan ide-ide yang cemerlang
dan memaparkan dengan teknik dan berkualitas tinggi. Namun ini pun sebenarnya
tidaklah sulit apabila kita sungguh-sungguh dan berambisi jadi penulis artikel
yang baik. Seperti Firman Allah yang menyatakan bahwa “Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum, sampai ia merubah masing-masing dirinya”.
Nah, sekaranglah waktunya anda mulai menjadi seorang penulis artikel
di media cetak Indonesia. Selamat menulis! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mulai dari Komentar Sambungkan Silaturahmi...