Pagi itu, bukan pagi terbaik untuk ku. Pagi itu di Bulan Juni 1982. Secara pasti entah hari apa, tapi sedikit ingatanku berkata, tak jauh dari tempat itu terdengar keras lantunan ayat-suci Al-Quran lewat sepasang toa karatan di puncak menara yang bergelayutan terterpa angin, rasanya mereka tak sabar lagi untuk melakukan adegan bollywood, sakhru khan meloncat dari atas menara mengejar penjahat yang keburu kabur sambil menawan kekasih cantiknya.
Duduk di antara calon-calon murid taman kanak-kanak, bukan sesuatu hal yang ku rencanakan. Tapi jauh-jauh hari setelah itu baru ku tahu bahwa rencanannya ibuku akan mendaftarkankan aku untuk sekolah di Taman Kanak-kanak (Teka) ini. Tapi mungkin itu yang terekam sekarang, tapi entah waktu itu dalam ingatan manusia kecil ini. Aku sekarang sedikit ingat akan suatu hal, berbelanja adalah kegiatan setiap pagi. Karena aku anak bungsu dari tiga bersaudara, dan merasa anak paling dekat dengan ibu, tak segan-segan selalu memintaku untuk membelikan sesuatu, atau terkadang selalu ikut ibu kemana pun, pergi belanja, acara keluarga, mengaji di mesjid dan sebagainya. Atau mungkin aku terlalu tak berdaya menolak segala permintaan atau perintah sang penguasa seantero rumah.
Berbeda dengan teman-teman sebayaku. Mereka membunuh waktu dengan bermain dan bercanda atau kadang menghabiskan pendapatan orang tuanya dengan jajan sebanyak-banyaknya, mungkin sampai perut mereka meledak, baru tahu rasa. Ketika itu tak ada yang meminta atau bahkan tak ada yang menyapaku untuk bermain. Mungkin mereka tak peduli, atau bahkan tak mengenal ada makhluk kecil lain selain mereka. Serasa tertelan bumi. Ah peduli amat, amat pun tak peduli.
Aku bersama ibuku duduk manis di baris tengah, karena aku tak suka duduk di barisan depan. Selain pegal menengadahkan kepala hanya untuk mendengar pembicaraan kepala sekolah yang tak kumengerti apa yang dibicarakannya. Terpenting duduk di barisan tengah adalah hal yang nyaman bagi ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mulai dari Komentar Sambungkan Silaturahmi...