Laman

Rabu, 16 Maret 2011

Mengerti Penulisan Artikel[1]


Oleh Hendy Hermawan[2]

            Setelah kita mengerti dengan permasalahan hidup manusia, sekaligus mampu memilahnya. Maka peluang untuk mengerti penulisan artikel tentunya akan semakin tebuka. Para penulis muda diharapkan akan terangsang minatnya untuk mengali suatu masalah dengan cermat dan menuangkannya dalam tulisan.
Namun satu hal yang menjadi dasar pengetahuan dalam penulisan artikel adalah mengerti penulisan berita. Karena penulisan artikel merupakan pengembangan dari penulisan berita. Berikut hal dalam pemilihan fakta sesuai dengan nilai kelayakan muat atau nilai berita (news value-pen). Kemudian dari fakta tersebut diambilah sarinya, berbentuk opini (pendapat) penulis artikel yang selanjutnya diuraikan sedemikian jelas dan mudah dicerna oleh masyarakat. Sehingga setidaknya membantu dalam memahami fakta yang telah terjadi.
Tidaklah mengada-ada, apabila penulisan artikel dikatagorikan dalam tulisan yang mengasah otak dan cukup berat bagi penulis yang wawasannya kurang dan tidak cerdas. Tentunya mengasah otak menjadi sangat penting, selain dengan rajinnya kita berdiskusi juga kita sering menyantap‘sarapan pagi’ bagi otak yang bergizi tinggi berupa keuletan dalam membaca buku yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena dalam penulisan berita seorang reporter hanya menyampaikan fakta yang menarik apa adanya. Sedangkan dalam artikel seorang reporter atau siapa pun (penulis lepas, misalnya) harrus melibatkan diri dalam memberikan penjelasan atau pemecahan dari fakta yang di permasalahkan. Sangat sedikit yang mampu demikian.***
Tak perlu ‘ciut hati’mendengar hal itu. Seperti yang telah disebutkan semula, peluang bagi para penulis muda masih terbuka lebar. Namun seseorang tidak langsung menjadi penulis artikel di koran atau majalah terkenal setelah ia tamat  kursus penulisan artikel selama setahun, misalnya. Mengapa demikian? Sebab, menulis bukan termasuk kegiatan keterampilan, ia tergolong kegiatan intelektual. Memang mungkin saja seseorrang pandai menulis artikel secara teknis menyusun kata. Namun, untuk memuaskan kebutuhan intelektual pembaca koran atau majalah pun penting menjadi pertimbangan.
Modal dasar seorang penulis artikel adalah ia kaya akan keleluasan berfikir yang sistematis dan ditunjang dengan wawasan pengetahuan yang luas pula. Maka seorang penulis artikel mereka telah terbiasa membaca buku yang bergizi tinggi atau berkualitas. Memperbanyak bacaan yang dapat membuat jiwa dan pikiran kita semakin sehat dan dewasa.
Orang-orang yang selalu berupaya dengan maksimal mencarri makanan intelektual yang bergizi tinggi sebagai kebutuhan primernya, seperti makan dan minum. Mereka yang menganggap membaca dan menulis sebagai kebutuhan pokok biasanya disebut sebagai orang yang telah memasuki peradaban tulisan. Sedangkan bagi mereka yang tidak menganggap membaca dan menulis sebagai kebutuhan pokok. Biasanya mereka masih berada dalam taraf peradaban lisan.
Selanjutnya, modal lain untuk menjadi penulis artikel adalah adanya kemauan dan minat yang keras. Kemauan dan minat ini - bukan berasal dari faktor keturunan - terlahir dari pengasahan diri akan motifasi dan tujuan yang benar. Artinya, kita akan sungguh-sungguh memenuhi kehendak pembaca akan informasi yang sesuai dengan mereka yang sangat heterogen. Melalui artikel pun kita memungkinkan menjalankan salah satu tugas pers sebagai pendidik dan pemberi informasi.
Akses lain yang dihasilkan oleh penulisan adalah mewujudkan tanggungjawab kita sebagai intelektual untuk mengontrol atau mengritik pihak-pihak tertentu. Kita dapat mengingatkan mereka yang perlu diingatkan. Kita dapat mengajari dan mendidik orang yang patut diajar atau dididik. Artikel pun bisa menjadi sarana pengekspresian dan pengaktualisasian diri penulis. Sehingga keberadaan diri penulis terasa semakin nyata dan bermakna setelah artikel-artikelnya muncul di media massa.
Selain itu semua ada hal lain yang penting mendapatkan perhatian. Beberapa di antaranya adalah membaca dengan sikap kritis dan skeptis, menguasai dan memahami logika (berfikir sistematis dan berdalil), tidak malas berfikir, menguasai tata dan gaya bahasa Indonesia atau bahasa asing lain. Terakhir, tidak jera dan putus asa, karena artikelnya sering kali tidak dimuat di media cetak.
Penulis artikel pun harus peka dan tanggap terhadap masalah-masalah yang menyangkut kehidupan manusia sekitarnya. Ia pun berfikir secara radikal (mengakar, mencari akar masalah, senantiasa mencari subtansi atau hakekat suatu gejala, peristiwa atau fakta sosial yang muncul. Serta ia sanggup berfikir secara komprehensif dan interpretatif (mengaitkan gejala, peristiwa atau fakta sosial dengan gejala, peristiwa atau fakta sosial lainnya).
Terakhir modal yang harus mantap berada dalam genggaman penulis artikel adalah mengenal memahami karakteristik media cetak. Dengan memahami karakter media, kita pun sekaligus memahami karakter pembaca yang lain. Ini sangat penting, supaya artikel yang kita sudah siapkan dan kirimkan itu tidak “salah alamat”. Demikian pula kita dapat menentukan tingkat abstraksinya, bagaimana tingkat kesulitan atau kemudahan bahasa yang digunakan dalam artikel tersebut. Misalnya, bagaimana tingkat kesulitan bahasa untuk artikel di Harian Umum Republika, atau Pikiran Rakyat. Dibandingkan dengan media mingguan Sabilli atau Saksi. Bisa jadi isinya sama tapi tingkat abstraksinya berbeda, karena tingkat atau kapasitas intelektual khalayak pembaca berbeda. ***
Menilai artikel yang baik tentunya menyajikan (berisi) ide atau gagasan yang baik dan menarik (sssyukur kalau bisa orisinal). Umumnya ide penulis artikel muncul setelah diterpa berbagai pesan di media massa baik cetak maupun elektronik. Ide penulis muncul setelah melihat iklan kontroversial di televisi. Atau setelah membaca tulisan berita, artikel atau tajuk rencana di koran harian. Ide pun bisa muncul dari berbagai kesempatan yang kita dapatkan dengan menggunakan pendengara, penglihatan atau hati nurani, tergantung dari kemampuan atau kekayaan jiwa dan keleluasaan berfikir dalam menciptakan ide.
Artikel yang baik pun dinilai dari bagaimana penulis artikel memaparkan idenya dengan gaya bahasa penulisan yang memikat khalayak pembaca. Mulai dari judul, teras (lead, alinea pertama), tubuh (isi tulisan), hingga ekor (penutup, kesimpulan). Yang dituturkan secara runut (sistematik) dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Ide yang baik adalah ide yang baru, tidak konvensional atau klasik. Karena penulis banyak yang memanfaatkan peringatan hari-hari besar menjadi awal idenya. Maka pembaca mengharapkan ide yang muncul adalah ide baru yang ditarik dari peringatan hari besar Agama (Ramadhan dan Idul Fitri) atau Nasional (Hari Pahlawan atau Hari Ibu). Kita manfaatkan hari besar tersebut sebagai ‘cantelan’ artikel yang kita tulis. Misalnya, Dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional, kita mengambil tema “Pengaruh Pengajaran Seks Pada Remaja Terhadap Perluasan Penyakit Kelamin di Bandung”.
Teknis penulisan artikel tidaklah sulit dipelajari dan dikuasai. Biasanya yang relatif sulit adalah menemukan ide-ide yang cemerlang dan memaparkan dengan teknik dan berkualitas tinggi. Namun ini pun sebenarnya tidaklah sulit apabila kita sungguh-sungguh dan berambisi jadi penulis artikel yang baik. Seperti Firman Allah yang menyatakan bahwa “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai ia merubah masing-masing dirinya”.
Nah, sekaranglah waktunya anda mulai menjadi seorang penulis artikel di media cetak Indonesia. Selamat menulis! ***



[1] Disampaikan dalam temu silaturrahmi penulis di Rampai PUSDAI
[2] Penulis adalah mahasiswa Jurnalistik Fikom UNPAD Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mulai dari Komentar Sambungkan Silaturahmi...